Friday 27 December 2013

Resensi Buku: Sepotong Hati yang Baru (Tere Liye)


Cinta Adalah Rasionalitas
Oleh: Salsabila Albarid

Judul Buku                   : Sepotong Hati yang Baru
Pengarang                    : Tere Liye
Penerbit                       : Mahaka Publishing
Cetakan                       : April 2013 (keempat)
Jumlah Halaman           : vi + 206 halaman






Buku Sepotong Hati yang Baru merupakan kumpulan 8 cerita pendek. Buku ini adalah buku kedua dari serial Berjuta Rasanya yang juga merupakan kumpulan cerpen karya Tere Liye. Seperti Berjuta Rasanya, buku ini berisikan cerita-cerita dengan tema perasaan dan cinta. Pengarang menyajikan berbagai kisah cint ala legenda hingga modern. Setiap cerita di dalamnya memiliki kekuatan masing-masing, baik dari segi penyampaian cerita maupun dari permasalahannya. Sesuai dengan judul, buku ini lebih dititik beratkan pada tema “patah hati” dan bagaimana mendatangkan pemahaman-pemahaman yang lebih bijaksana dalam menyikapinya.
Cerpen pertama, berjudul “Hiks, Kupikir Itu Sungguhan” berkisah tentang dua remaja bersahabat yang menyukai orang yang sama. Kasmaran menyebabkan mereka tidak lagi berpikir waras dan rasional. Menerjemahkan semua kejadian berdasarkan yang mau mereka dengar atau lihat saja. Padahal nyatanya? Tidak sama sekali.
Cerpen kedua, “Kisah Sie Sie” menceritakan Sie Sie, amoi dari daerah Singkawang yang terpaksa menikah dengan Wong Lan, pria kaya asal negeri Taiwan. Lelaki itu tidak mencintai Sie-Sie sama sekali, malahan Sie-Sie hanya dijadikan alasan untuk mendapatkan harta warisan orangtuanya. Keteguhan hati Sie Sie dalam menjalankan apa yang telah dijanjikan pada ibunya merupakan hal yang sangat jarang kita jumpai dalam era modern ini.
Cerpen ketiga adalah “Sepotong Hati yang Baru”. Cerpen yang judulnya digunakan sebagai judul buku ini memiliki pesan yang sangat baik. Bahwa cinta bukan sekedar memaafkan, cinta bukan sekedar soal menerima apa adanya, cinta adalah harga diri, cinta adalah rasionalitas sempurna.
Cerpen keempat berjudul “Mimpi-Mimpi Sampek-Engtay” yang merupakan salah satu cerita yang paling menarik di buku ini. Membaca cerita ini membuat kita serasa sedang menyaksikan film kolosal. Sebuah kisah percintaan Sampek seorang pemuda miskin dengan Engtay putri salah seorang petinggi kerajaan. Kisah mereka berakhir tragis dengan kematian Engtay, namun sebelum itu Sampek sempat mengeluarkan jurus Sembilan Naga Surga saat melawan prajurit dan pendekar kerajaan. Jurus itu hanya dapat dikuasai oleh seseorang yang memiliki hati yang baik tapi tersakiti dan tidak pernah membenci atas takdir yang menyakitkan.
Cerpen kelima, “Itje Noerbaja dan Kang Djalil” berlatar Indonesia saat dikuasai oleh VOC. Cerpen ini berceritan tentang kisah cinta seorang pembantu dan pengawal dari Meneer dan Mevrouw.
Kemudian cerpen “Kalau Semua Wanita Jelek” yang merupakan serial dari salah satu cerita di Berjuta Rasanya. Cerpen ini mengisahkan Jo dan Vin, dua orang sahabat yang menurut kriteria kecantikan masa kini digolongkan pada kategori jelek atau lebih halusnya tidak cantik, tidak menarik, dan tidak-tidak lainnya.
Cerpen ketujuh berjudul “Percayakah Kau Padaku?” merupakan cerita yang terinspirasi dari kisah Rama dan Shinta. Pada cerpen ini, Rama yang merupakan pasangan Shinta dikisahkan merasa ragu akan kesucian Shinta yang telah diculik Rahwana. Tere Liye begitu pandai merangkai alur demi alur yang membuat pembaca hanyut dalam kisah yang berakhir menyedihkan ini.
Cerpen terakhir berjudul “Buat Apa Disesali….” merupakan cerpen yang sangat menyesakkan hati. Cerpen ini berkisah tentang seorang anak menteri dan anak pembantu. Dua orang yang bersahabat sejak kecil dan jatuh cinta saat dewasa. Namun sayangnya takdir tidak mempersatukan mereka. Cerita ini diambil dari kisah nyata seorang sahabat pengarang.
Salah satu hal yang jarang dijumpai pada buku lain adalah pada cerita “Itje Noerbaja dan Kang Djalil” Tere Liye menggunakan ejaan lama. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi pembaca yang kebanyakan tentu tidak familier dengan penggunaan ejaan lama.
Di setiap tulisannya Tere Liye selalu menyisipkan pesan-pesan bermakna dalam menjalani dan memahami setiap proses kehidupan, begitu juga di dalam buku ini. Tere Liye selalu pandai merangkai berbagai kata sederhana menjadi kalimat-kalimat penuh makna. Cerita-cerita dalam Sepotong Hati yang Baru ini sangat menarik untuk dibaca. Dengan merebaknya fenomena “galau”, buku ini layak dibaca untuk memberikan pemahaman yang baik tentang cinta.

9 comments:

  1. keren review-nya :) sudut andangnya kece...

    ReplyDelete
  2. keren review-nya :) sudut andangnya kece...

    ReplyDelete
    Replies
    1. hai puspa. makasih udah comment. bukan saya yg kece, emang tere liye-nya terlalu kece :))))

      Delete
  3. mohon izin, resensi anda saya jadikan pembelajaran untuk peserta didik saya. Boleh ya, terima kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. boleh saja, mohon menyebutkan penulis resensi ya, bu. btw, peserta didik jenjang apa ya kalau boleh tau?

      Delete
  4. Izin share yaa, terimakasih 😍

    ReplyDelete